29/12/2024
Oleh : Thahiruddin
Pendahuluan
Tahun baru selalu menjadi momen refleksi bagi setiap individu untuk mengevaluasi perjalanan hidupnya sekaligus merancang langkah-langkah baru menuju masa depan yang lebih baik. Di tengah hiruk-pikuk pergantian tahun 2025, nilai-nilai luhur tentang toleransi dan kemanusiaan yang diwariskan oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjadi inspirasi penting untuk menguatkan harmoni sosial di tengah keberagaman bangsa Indonesia.
Menghidupkan Pesan Gus Dur
Gus Dur, Presiden ke-4 Indonesia, tidak hanya dikenal sebagai tokoh politik, tetapi juga sebagai guru bangsa yang selalu menempatkan nilai-nilai kemanusiaan di atas segalanya. Salah satu pesan abadi yang ia sampaikan adalah tentang bagaimana seharusnya manusia mengarahkan hidupnya kepada Allah SWT, bukan kepada hal-hal duniawi seperti agama, kitab suci, atau moral semata.
Dalam beberapa kutipan inspiratifnya, Gus Dur menyampaikan:
- “Jika kamu membenci orang karena dia tidak bisa membaca Al-Qur’an, berarti yang kamu pertuhankan itu bukan Allah tapi Al-Qur’an.”
- “Jika kamu memusuhi orang yang berbeda agama dengan kamu, berarti yang kamu pertuhankan itu bukan Allah tapi agama.”
- “Jika kamu menjauhi orang yang melanggar moral, berarti yang kamu pertuhankan bukan Allah tapi moral.”
Pesan ini menggambarkan bagaimana manusia kerap kali kehilangan esensi hubungan dengan Sang Pencipta karena terlalu terpaku pada simbol-simbol agama atau norma duniawi. Gus Dur mengajak setiap orang untuk menempatkan Allah sebagai pusat kehidupan, bukan menggantikan-Nya dengan aspek-aspek ciptaan manusia, baik itu teks suci, institusi agama, maupun standar moral.
Menanamkan Toleransi di Tahun Baru
Menghadapi 2025 yang penuh tantangan, pelajaran toleransi dari Gus Dur menjadi sangat relevan. Konflik berbasis agama, perbedaan budaya, hingga diskriminasi terhadap kelompok minoritas sering kali terjadi karena kurangnya pemahaman tentang kemanusiaan. Gus Dur mengingatkan bahwa Allah menciptakan manusia dalam keberagaman sebagai wujud rahmat-Nya, sehingga tidak ada satu pun alasan bagi seseorang untuk membenci atau memusuhi sesamanya.
Lebih jauh, Gus Dur menegaskan, “Kamu harus menerima semua makhluk karena begitulah Allah.” Ucapan ini menjadi pengingat bagi setiap individu untuk tidak menjadikan agama, kitab suci, atau norma moral sebagai alat penghakiman terhadap orang lain. Sebaliknya, manusia diajak untuk menjalankan ajaran agama dengan rasa kasih dan penerimaan, sebagaimana Allah mencintai setiap makhluk-Nya tanpa syarat.
Prinsip “Memperankan Allah” dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, Gus Dur mengajarkan konsep “memperankan Allah bukan yang lainnya.” Artinya, manusia harus menempatkan nilai-nilai ketuhanan, seperti kasih sayang, keadilan, dan penerimaan, sebagai pedoman utama dalam berinteraksi dengan sesama.
Ketika kita membenci seseorang hanya karena ia berbeda agama, Gus Dur mengingatkan bahwa kita telah menggantikan Allah dengan agama sebagai pusat kehidupan. Begitu juga saat kita menjauhi mereka yang dianggap melanggar moral, sejatinya kita lebih mengutamakan norma duniawi dibandingkan kasih Allah yang tak terbatas. Gus Dur mengajak kita untuk kembali kepada esensi iman, yakni menghidupkan sifat-sifat Allah dalam perilaku kita.
Refleksi untuk Indonesia yang Lebih Baik
Tahun 2025 memberikan kesempatan baru bagi masyarakat Indonesia untuk mewujudkan visi harmoni sosial yang berlandaskan toleransi. Keberagaman budaya, agama, dan keyakinan di Indonesia adalah kekayaan yang harus dirawat dengan semangat kebersamaan. Pesan Gus Dur tentang toleransi bukan hanya menjadi pedoman hidup individu, tetapi juga fondasi bagi kehidupan bermasyarakat.
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia tidak boleh terjebak dalam sekat-sekat perbedaan. Sebaliknya, Indonesia harus menjadi teladan bagi dunia dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dengan menjadikan pesan Gus Dur sebagai inspirasi, setiap individu dapat berkontribusi untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, adil, dan penuh cinta kasih.
Penutup
Dalam menyongsong tahun baru 2025, mari kita bersama-sama menghidupkan pesan Gus Dur tentang toleransi dan kemanusiaan. Biarlah tahun ini menjadi awal baru untuk melepaskan kebencian, menguatkan kasih sayang, dan mempererat hubungan dengan Allah SWT. Sebagaimana yang diajarkan oleh Gus Dur, mari kita “memperankan Allah,” bukan yang lainnya, dalam setiap langkah kehidupan kita.
Semoga 2025 menjadi tahun penuh berkah, damai, dan persatuan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Media Online Nasional Mata Hukum.com
29/12/2024

Thahiruddin Adalah seorang aktivis dan Jurnalis